Jika merasa jadi "Penegak Tauhid", "Pemurni Islam", "Pecinta Sunnah", dsb tapi jika hati penuh dengan dengki dan benci, lisan penuh caci dan maki serta suka melaknat, apalagi sampai menyakiti manusia dengan tangannya, suka fitnah dan adu domba, percayalah, itu bukan Muslim yang baik.
Iblis Tauhidnya lurus. Hanya mau sujud kepada Allah. Tidak mau disuruh sujud kepada Adam. Murnikah tauhidnya? Justru dilaknat Allah karena sombong.
Dalam Islam pun meski kita hanya menyembah Allah semata, kita sujud menghadap Ka'bah. Orang2 luar mengira kita menyembah Ka'bah. Padahal kita menyembah Allah.
Banyak Muslim mencium Hajarul Aswad. Mengikuti Sunnah Nabi. Orang luar mengira kita menyembah batu hitam. Padahal yang kita sembah: Allah.
Nabi sekitar seminggu sekali usai ke tempat Siti 'Aisyah ra senantiasa ziarah ke makam Baqi. Di sana beliau mengucapkan salam pada ahli kubur, berbincang2, dan juga berdoa. Adakah beliau takhayul atau musyrik? Tidak. Beliau menyembah Allah. Beliau tidak berdoa minta pada kuburan. Namun beliau mendoakan mayit dan juga dirinya. Lihat doa Nabi di bawah:
ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIINA WAL MUSLIMIIN. YARHAMULLOOHUL MUSTAQDIMIINA MINNAA WAL MUSTA’KHIRIIN.
WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-LAAHIQUUN
WA AS ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH.
“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”
Hadis ini diajarkan kepada A’isyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang doa yang dibaca pada saat ziarah kubur.
(HR. Ahmad 25855, Muslim 975, Ibnu Hibban 7110, dan yang lainnya).
Nabi: “Lakukanlah ziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kalian tentang kematian.” (HR. Ibn Hibban 3169 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri)
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Diah Listyani
4 mins ·
Ngga ada ceritanya tauhid lurus tapi hati kotor, penuh hasud, dan kebencian,dendam.....
Kalau ada yang ngaku tauhid paling lurus, tapi hati dengki, Ujub, Benci, Marah, Dendam...maka ada yang salah dari Definisinya tentang Tauhid yang Lurus.....
Iblis itu Kenal Allah, Hanya mau sujud pada Allah swt, Mengakui Hanya Allah swt sebagai Tuhan, Namun Iblis Dengki pada makhluk yang dimuliakan Allah swt(Nabi Adam dan Keturunannya)..Namun Ini bukanlah Tauhid yang lurus, apalagi paling lurus...makanya juga iblis dilaknat karena peristiwa itu....
Tauhid Yang tercemari Ujub, Wahn, Riya tidak bisa disebut tauhid yang lurus......
Tauhid mayoritas kita yang anak bawang ini emang kurang lurus, namun banyak yang tidak menyadarinya sebagai kemaksiatan....yang paling ajaib ada yg sibuk tuding2 tauhid orang lain ngga lurus(syirik, menyembah kubur dsb berdasar prasangkanya) .....namun di saat yang sama dia ngga sadar tauhidnya sendiri rusak oleh ujubnya yg lahir melalui sikap takfiri, dan merasa paling lurus, paling mulia, paling soleh, klaim satu2 penghuni surga, dan yang lain pasti di neraka....
Alhamdulillah bagi kita yang anak bawang ini jika Allah bukakan kita pada maksiat diri, menyadari ketidak lurusan tauhid(dengan berbagai penyakit hati yg kita miliki) sehingga kita bisa bertaubat dan meminta bantuan Allah u bersihkan diri.....
TAUHID ITU HARUS BERSIH DAN MURNI......itu perkataan yang baik, namun perlu ilmu untuk mengamalkannya........aswaja sibuk meluruskan tauhid dengan memperbaiki dirinya, dengan bersihkan hatinya sendiri begitulah teladan dari ulama aswaja, dan para aulia .....
namun jika mendapat ilmu dari elit yg belum bisa nundukin Ego diri, maka saat mengamalkan untuk meluruskan tauhid ini, akan cenderung "memperbaiki"orang lain, untuk mengikuti pemahaman-nya mengenai tauhid, kritik2 orang lain. maka semakin jauhlah diri dari kemurnian tauhid yang di gembar-gemborkan(namun mungkin dengan definisi mereka ttg tauhid yang lurus semakin dekat)
Iblis itu lahir terlihat seperti memiliki tauhid yg paling lurus......namun sebenarnya syirik,(Ujub), menjadikan keinginannya diatas keinginan Allah swt, egonya menjadi tuhan disamping Allah swt .....
Makanya cari Ilmu(yang bermanfaat)....yaitu ilmu yang didapat dengan cara tawadhu dan ilmu yang membuat pemiliknya tawadhu...dan untuk awalnya lihat2 dulu belajar k siapa, jangan sekedar lihat klaim aja.....kalau mau jadi orangtawadhu dan berakhlak baik, cari guru yg tawadhu dan berakhlak baik pula....
Tukang debat yang kerjaannya melulu nanggapin dan teliti kesalahan2 orang lain itu bukanlah orang yang tawadhu, melainkan tanda nyata Ujub hati....
Kalau di aswaja kata Guru mulia Habib Umar, ulama2 tingkat tinggi dilarang terlibat perdebatan, ngga pantas ulama2 besar melibatkan diri dalam perdebatan, nanti juga Allah kirim orang2 awam yg lancang dari aswaja untuk menanggapi serangan2 yg memusuhi aswaja grin emoticon......di aswaja itu kita bertingkat2, akhlaknya, ilmunya, hatinya......wajar aja, Gurunya udah tinggi2 maqomnya, makanya ada ruang untuk murid2 mengikuti/meneladani guru dengan tingkatan/kemampuan masing2 murid.....
ilustrasinya,
saat seorang Ahli Fisika mengajar umum(kuliah umum) maka yg ikut kuliah itu akan menangkap dan memahami sang profesor berdasar latar belakang dirinya masing2.....sesuai kemampuan masing2...dan Pemahaman Maksimal yg tersedia adlah pemahaman sang guru yg ahli fisika
namun jika gurunya yang ngajar ngga lulus fisika/kemampuannya hanya sampai fisika untuk SD, maka bagaiamanapun kemampuan murid2nya pencapain tertinggi/maksimal muridnya terpotong sampai ilmu gurunya yang cuman paham fisika untuk kulit2 saja
hal yang sama jika kita mau jadi tawadhu, dan berakhlak baik, lihat2 dulu guru yg mau diikuti baru jadikan guru..kalau angkat guru yang ujub, ya udah dipastikan hasilnya seragam semua, karena standar/pencapaian maksimalnya ngga terlau tinggi malah minus, maka yg murid2 yg mampu tawadhu juga bisa jadi ikutan ujub (bari bingung sendiri, hati pengen tawadhu tapi amalan harus ujub).....
jaman dulu generasi buyut kita paham banget ttg pentingnya melihat ketinggian ilmu dari guru2...makanya jaman dulu pada berburu guru2 berkualitas.....yang emang diakui nyata keahliannya oleh masyarakat.....dan murid yang ngejar2 guru agar diangkat murid.....
jaman sekarang orang liat ijazah, dan tawadhu serta akhlak baik itu ngga ada ijazahnya, lihat dan nilai sendiri....yang majelis isinya memuliakan guru2 dan rasulullah saw serta memperbaiki diri VS yang majelisnya takfir sini, takkfir sana, adu ilmu dan membuktikan bahwa dia paling benar dan pantas di ikuti(alias ilmunya dipakai untuk debat ulama, u diakui, untuk kemegahan diri sendiri).....
wallahaulam
Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar